Monday, February 16, 2015

PENANGKAL PETIR

PETIR DAN PENANGKALNYA







PETIR
Sebelum kita berbicara tentang petir, terlebih dahulu kita mengetahui definisi Petir itu sendiri. Ada beberapa definisi petir diantaranya:
  • Petir adalah peristiwa alam yang sering terjadi di bumi, terjadinya seringkali mengikuti peristiwa hujan baik air atau es, peristiwa ini dimulai dengan munculnya awan hitam dan lidah api listrik yang bercahaya terang yang terus memanjang kearah bumi bagaikan sulur akar dan kemudian diikuti suara yang menggelegar dan efeknya akan fatal bila mengenai mahluk hidup.
  • Petir merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan dan beberapa saat kemudian disusul oleh suara yang menggelegar.
  • Petir adalah salah satu kejadian alam yang sangat indah. Petir juga merupakan fenomena alam akan ancaman kematian bagi manusia. Dengan temperatur sambaran melebihi panas permukaan matahari dan kekuatan benturan yang menyebar ke segala arah, petir merupakan pelajaran kejadian fisik ilmiah.

 Proses terjadinya petir
Proses terjadinya petir akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuan menduga ada beberapa tahapan kejadian sebelum terjadinya petir. Pertama adalah penempatan muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif, di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif, sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif, pada bagian inilah petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan dengan awan, dalam awan itu sendiri, antara awan dan udara, antara awan dengan tanah (bumi).
Ada juga yang mengatakan bahwa Petir terjadi karena adanya perbedaan potensial antara awan dan bumi. Proses terjadinya muatan pada awan karena pergerakannya yang terus menerus secara teratur, dan selama pergerakan itu dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negative akan berkumpul pada salah satu sisi, dan muatan positif pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (electron) untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses ini, media yang dilalui electron adalah udara, dan pada saat electron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah akan terjadi ledakan suara yang menggelegar. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena adanya awan yang bermuatan positif dan negatif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan.
Pada dasarnya petir dan kilat terjadi pada waktu yang bersamaan,tetapi karena kecepatan cahaya lebih cepat dari pada kecepatan bunyi sehingga mengakibatkan yang pertama tampak adalah kilat/cahaya, baru kemudian disusul dengan bunyi halilintar atau yang biasa kita sebut dengan petir.

Terdapat dua teori tentang proses terjadinya petir yaitu:
  1. Proses Ionisasi
  2. Proses Gesekan Antar Awan

Proses Ionisasi
Sambaran petir merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan listrik  (Electrical Discharge) yang terjadi diatmosfer. Hal ini disebabkan oleh terkumpulnya ion bebas bermuatan negatif dan positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan kejadian Ionisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan perubahan padat (es) menjadi cair.
Ion bebas menempati permukaan awan dan bergerak mengikuti angin yang berhembus, bila awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan akan memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar permukaan bumi maka inilah yang disebut petir.
Harus diingat bahwa ionisasi bukan berarti bahwa lebih banyak ion negatif atau ion positif dibanding sebelumnya.Tapi Ionisasi ini berarti bahwa electron dan ion positif terpisah sangat jauh dibanding bentuk molekul sebelumnya atau bentuk struktur atomic. Intinya electron electron telah terbongkar dari struktur molekuler dari udara yang tidak terionisasi.

 Proses Gesekan Antar Awan
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses bergeraknya awan ini maka saling bergesekan satu dengan yang lainya, dari proses ini terlahir electron-electron bebas yang memenuhi permukaan awan. Proses ini bisa di simulasikan secara sederhana pada sebuah penggaris plastik yang digosokkan pada rambut maka penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas.
Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi karena electron-elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi. kedua teori ini mungkin masuk akal meski kejadian sebenarnya masih merupakan sebuah misteri

PENANGKAL PETIR

Manusia selalu mencoba untuk menjinakkan keganasan alam,atau setidaknya menghidarinya, salah satunya adalah Sambaran Petir. Lalu para ilmuan mencoba menciptakan sesuatu untuk menghindarinya yaitu Penangkal Petir.
 Sebenarnya kita telah salah kaprah dengan kata Anti Petir atau Penangkal Petir. Kesan yang ditimbulkan oleh kedua istilah ini adalah aman 100 %  aman terhadap petir, akan tetapi kejadiannya tidak demikian. Pada dasarnya pengaman sambaran petir langsung / Eksternal bukan membuat posisi kita aman 100 % terhadap petir, akan tetapi membuat posisi bangunan kita terhindar dari kerusakan fatal akibat sambaran Langsung, serta meminimalisir efek kerusakan pada peralatan elektronik bila ada petir yang menyambar bangunan kita. Mungkin kita bias menyebutnya dengan Penyalur Arus Petir.
            Masih ada kemungkinan lain yakni sambaran petir tidak langsung , yakni sambaran petir yang pada dasarnya tidak mengenai lokasi bangunan tetapi mengenai jauh diluar lokasi tetapi arus petir merambat masuk ke jaringan instalasi listrik di bangunan dan merusak peralatan elektronik, Untuk penanganan sambaran petir tidak langsung dapat digunakan Arrester yakni perangkat yang bisa memotong dan membelokkan lonjakan arus / tegangan petir ke dalam tanah .
            Beberapa penangkal petir yang digunakan:
  1. . Penangkal Petir Kovensional / Faraday / Frangklin
Kedua ilmuan diatas Faraday dan Frangklin mengetengahkan system yang hampir sama , yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas bangunan dan grounding. Sedangkan system perlindungan yang dihasilkan ujung penerima / Splitzer adalah sama pada rentang 30 ~ 45 ‘ . Perbedaannya adalah system yang dikembangkan oleh Faraday bahwa Kabel penghantar terletak pada sisi luar bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai penerima sambaran, Berupa sangkar elektris atau biasa disebut sangkar Faraday.
2. Penangkal Petir Radio Aktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir , dan dihasilkan kesimpulan bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan yang dihasilkan oleh proses ionisasi , maka penggagalan proses ionisasi di lakukan dengan cara memakai Zat beradiasi misl. Radiun 226 dan Ameresium 241 , karena 2 bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang bisa menetralkan muatan listrik awan.Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan menambah muatan pada Ujung Finial / Splitzer dan bila mana awan yang bermuatan besar yang tidak mampu di netralkan oleh zat radiasi kemudian menyambar, maka akan condong mengenai penangkal petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya , berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi pemakaian zat beradiasi dimasyarakat yang disinyalir mempunyai efek negatif pada lingkungan hidup dan kesehatan.
3. Penangkal Petir Elektrostatic
Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system penangkal petir Radioaktif , yakni menambah muatan pada ujung finial / splitzer agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar .
Perbedaan dari sistem Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang dipakai. Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat beradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan yang menginduksi permukaan bumi.
4.   Penangkal Petir NeoFlash
Cara kerja dari penangkal petir Neoflash ini yaitu, Ketika awan bermuatan listrik melintas diatas sebuah bangunan yang terpasang penangkal petir neoFlash, maka elektroda penerima pada bagian samping penangkal petir neoFLASH ini mengumpulkan dan menyimpan energi listrik awan pada unit kapasitornya . Setelah energi ini cukup besar maka dilepas dan diperbesar beda potensialnya pada bagian Ion Generator.
Pelepasan muatan listrik pada unit Ion Generator ini di picu oleh sambaran, yakni ketika lidah api menyambar permukaan bumi maka semua muatan listrik di bagian ion generator dilepaskan keudara melalui Central Pick Up agar menimbulkan lidah api penuntun keatas ( Streamer leader ) untuk menyambut sambaran petir yang terjadi kemudian menuntunya masuk kedalam satu titik sambar yang terdapat unit Neoflash ini.

PENANGKAL PETIR


PROSES TERJADINYA PETIR

Terdapat 2 teori yang mendasari proses terjadinya petir :
  1. Proses Ionisasi
  2. Proses Gesekan antar awan
a. Proses Ionisasi
Petir terjadi diakibatkan terkumpulnya ion bebas bermuatan negatif dan positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan kejadian Ionisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan perubahan padat (es) menjadi cair dan pada tahap pembekuan ini mencapai suhu dibawah 0 derajat yaitu antara -10 sampai -14 derajad celcius
Ion bebas menempati permukaan awan dan bergerak mengikuti angin berhembus, bila awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan akan memiliki beda potensial cukup besar untuk menyambar permukaan bumi maka inilah yang disebut petir.
b. Gesekan antar awan
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses bergeraknya awan ini maka saling bergesekan satu dengan yang lainnya , dari proses ini terlahir electron-electron bebas bermutan negatif yang memenuhi permukaan awan. proses ini bisa digambarkan secara sederhana pada sebuah penggaris plastik yang digosokkan pada rambut maka penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas.
Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi karena electron-elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi. kedua teori ini mungkin masuk akal meski kejadian sebenarnya masih merupakan sebuah misteri.

PERLINDUNGAN TERHADAP BAHAYA PETIR

Manusia selalu mencoba untuk menjinakkan keganasan alam,atau setidaknya menghidarinya, salah satunya adalah Sambaran Petir. dan metode yang pernah dikembangkan:
1. Penangkal Petir Kovensional / Faraday / Frangklin
Kedua ilmuan diatas Faraday dan Frangklin mengetengahkan system yang hampir sama , yakni system penyalur arus listrik dengan menghubungkan antara bagian atas bangunan dan grounding. Sedangkan system perlindungan yang dihasilkan ujung penerima / Splitzer adalah sama pada rentang 30 ~ 45 ‘ . Perbedaannya adalah system yang dikembangkan oleh Faraday bahwa Kabel penghantar terletak pada sisi luar bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai penerima sambaran, dan bentuknya Berupa sangkar elektris atau biasa disebut sangkar Faraday.
2. Penangkal Petir Radio Aktif
Penelitian terus berkembang dan dihasilkan kesimpulan bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan dihasilkan oleh proses ionisasi , maka penggagalan proses ionisasi di lakukan dengan cara memakai Zat beradiasi misl. Radiun 226 dan Ameresium 241 , karena 2 bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang bisa menetralkan muatan listrik awan.
Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan menambah muatan pada Ujung Finial / Splitzer dan bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu di netralkan oleh zat radiasi kemudian menyambar, maka akan condong mengenai unit radiasi ini .
Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya , berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi pemakaian zat beradiasi dimasyarakat yang disinyalir mempunyai efek negatif pada lingkungan hidup dan kesehatan.
3. Penangkal Petir Elektrostatic
Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system penangkal petir Radioaktif , yakni menambah muatan pada ujung finial / splitzer agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar .
Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang dipakai. Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat beradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan yang menginduksi permukaan bumi.

CARA KERJA PENANGKAL PETIR NEOFLASH

Mekanisme Kerja
Ketika awan bermuatan listrik melintas diatas sebuah bangunan yang terpasang penangkal petir neoFlash, maka elektroda penerima pada bagian samping NeoFLASH ini mengumpulkan dan menyimpan energi listrik awan pada unit kapasitornya . Setelah energi ini cukup besar maka dilepas dan diperbesar beda potensialnya pada bagian Ion Generator.
Pelepasan muatan listrik pada unit Ion Generator ini di picu oleh sambaran, yakni ketika lidah api menyambar permukaan bumi maka semua muatan listrik di bagian ion generator dilepaskan keudara melalui Central Pick Up agar menimbulkan lidah api penuntun keatas ( Streamer leader ) untuk menyambut sambaran petir yang terjadi kemudian menuntunya masuk kedalam satu titik sambar yang terdapat unit Neoflash ini.
Kerja Simultan
Pada unit Penangkal Petir NEOFLASH secara simultan bekerja bergantian dari masing-masing unit penerima induksi , jumlahnya tergantung dari tipe dan modelnya. Bekerjanya secara bergantian dimana bila salah satu bagian unit melepaskan muatan ke udara / streamer maka ada bagian lain yang dalam proses pengisian muatan awan.
Tentu akurasi dan kemampuan Penangkal Petir NeoFlash masih tergantung dari 2 hal pendukung instalasi, yaitu:
1. Kabel Penghantar harus minimal 50 mm
2. Grounding maksimal 5 Ohm
Bila 2 syarat pendukung ini sudah terpenuhi maka kemampuan penangkal petir neoflash akan maksimal.

ISTILAH PENANGKAL PETIR & ANTI PETIR

Penangkal Petir dan Anti Petir mungkin itu adalah istilah yang sudah salah kaprah dalam bahasa kita, kesan yang ditimbulkan dua istilah ini adalah aman 100 % terhadap petir, akan tetapi kejadiannya tidak demikian.
Dalam penanganan bahaya petir memang ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi, bilamana kita ingin solusi/penyelesaian total akan bahaya petir, kita harus melihat faktor faktor tersebut.
Sambaran Tidak langsung pada bangunan yakni ketika sambaran mengenai obyek diluar areal perlindungan dari penangkal petir yang terpasang , kemudian arus petir ini merambat melalui instalasi listrik , kabel data atau apa saja mengarah ke bangunan. Akhirnya hentakan tegangan dan arus merusak unit peralatan listrik / elektronik kita.
Masalah ini semakin runyam disaat ini karena banyak peralatan elektronik menggunakan tegangan kerja kecil , DC , dan sensitif, Khususnya di urusan data transfer.
Maka pada dasarnya pengaman sambaran petir langsung / Eksternal penangkal petir bukan membuat posisi kita aman 100 % terhadap petir, akan tetapi membuat posisi bangunan kita terhindar dari kerusakan fatal akibat sambaran Langsung, serta meminimalisir efek kerusakan pada peralatan elektronik bila ada sambaran menyambar bangunan kita.
mungkin Penyalur Arus Petir adalah istilah tepatnya.
penangkal petir
Masih ada kemungkinan lain yakni sambaran petir tidak langsung , yakni sambaran yang pada dasarnya tidak mengenai lokasi bangunan tetapi mengenai jauh diluar lokasi tetapi lonjakan listriknya merambat masuk ke jaringan instalasi listrik di bangunan dan merusak peralatan elektronik, Untuk penanganan sambaran petir tidak langsung dapat digunakan Arrester yakni perangkat yang bisa memotong dan membelokkan lonjakan arus / tegangan petir ke dalam grounding .
Pembahasan lebih mendalam tentang penangkal petir , arrester dan penanggulangan bahaya petir silahkan baca ulasan kami yang lain.

PENCEGAHAN BANJIR DI JAKARTA


Berdasarkan kajian Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS), sebuah studi persiapan untuk membuat dam raksasa disebutkan banjir di Jakarta yang terjadi sejak masa penjajahan. Banjir pertama terjadi tahun 1621, diikuti tahun berikutnya tahun 1654 dan 1876. Akibat banjir ini pemerintah Belanda tahun 1918 membangun bendungan yakni Bendungan Hilir, Bendungan Jago dan Bendungan Udik.

Namun tiga bendungan itu tidak bisa mengatasi banjir, maka Belanda membangun Banjir Kanal Barat (BKB), mulai dari Pintu Air Manggarai sampai Muara Angke pada tahun 1922.

Meski sudah dibangun BKB, Jakarta tetap saja banjir pada Januari 1932. Ratusan rumah di kawasan Jalan Sabang dan Thamrin digenangi air.

Di masa pemerintah RI pun banjir besar di Jakarta melanda pada Februari 1976. Jakarta Pusat menjadi lokasi terparah dalam banjir, lebih 200.000 jiwa diungsikan. Setahun kemudian 19 Januari 1977, Jakarta kembali banjir, setidaknya 100.000 jiwa diungsikan.

Memasuki tahun 1980-an  persoalan banjir terus berlanjut. Januari 1984, sebanyak 291 Rukun Tetangga (RT) di aliran Sungai Grogol terendam. Dampaknya terasa di Jakarta Timur, Barat dan Pusat, jumlah total korban tercatat 8.596 kepala keluarga. Lalu pada 13 Februari 1989, giliran Sungai Ciliwung dan Sungai Pesanggrahan meluap akibat tidak mampu menampung banjir kiriman dari hulu, 4.400 kepala keluarga harus mengungsi. Setelah itu hampir setiap tahun terjadi banjir.

Banjir besar kemudian terjadi pada 13 Januari 1997. Hujan deras selama 2 hari menyebabkan 4 kelurahan di Jakarta Timur alibat luapan Sungai Cipinang, 754 rumah, 2640 jiwa terendam air sekitar 80 cm. Selain itu beberapa jalan utama di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat pun lumpuh akibat banjir. Banjir pada tahun ini juga menyebabkan sarana telekomunikasi dan listrik mati total.

Banjir besar terjadi lagi pada 26 Januari 1999 banjir terjadi lagi di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Ribuan rumah terendam, 6 korban tewas, 30.000 jiwa mengungsi.

Lalu pada 2 -4 Februari 2007 Jakarta dalam kondisi darurat. Banjir menggenangi sekitar 60 persen wilayah Jakarta. Sebanyak 150.000 jiwa mengungsi, 1379 gardu induk terganggu, 420.000 pelanggan listrik terganggu.

Menurut Fauzi Bowo, banjir di Jakarta yang kerap terjadi bisa ditanggulangi dengan membuat tanggul raksasa. Sebab tanggul yang saat ini ada belum memadai.

Diprediksi, dalam 5 sampai 10 tahun ke depan, DKI harus memiliki sistem penanggulan terbaru. Apalagi sistem yang saat ini digunakan sudah tidak bisa diterapkan.

Tanggul ini nantinya, kata Fauzi Bowo, memakai sistem polder atau penampungan air. Harus dibangun lebih ke depan ke arah laut yang menghubungkan pulau terdekat. Sistem ini telah diterapkan di Belanda dan New Orleans, Amerika Serikat.



DAN DI BAWAH ADALAH CARA PENCEGAHAN BANJIR


Pembangunan Sungai alur banjir ( Flood Way )
Pembuatan jalur sungai baru untuk memperlancar perjalanan air dari dataran tinggi menuju dataran rendah bisa jadi solusi untuk mengatasi bencana banjir yang diakibatkan kurang maksimalnya jaringan sungai yang tersedia untuk memungkinkan air hujan berjalan tanpa hambatan atau istilah hidrologinya debit sungai lebih dari curah hujan yang turun dan harus dialirkan melalui sungai tersebut, pemerintah sepertinya sudah melakukan hal ini dengan membangun sungai banjir kanal timur dan banjir kanal barat di jakarta dan ada juga sungai dombo sayung di demak serta pembangunan flood way di seluruh daerah indonesia lainya sebagai upaya untuk mengatasi banjir.

Pembuatan bendungan air laut
Hal ini dilakukan apabila kota yang mempunyai resiko terkena bencana banjir berada pada elevasi sama atau dibawah permukaan air laut sehingga memungkinkan air pasang untuk masuk ke daratan sehinga menyebabkan banjir, bendungan bisa jadi solusi dalam situasi ini seperti negara belanda yang membuatnya karena ketinggian negaranya mempunyai resiko banjir akibat pasang air laut.

Membangun rumah panggung
Solusi ini dilakukan untuk perorangan meskipun tidak berguna untuk mencegah banjir namun cara ini bisa jadi solusi untuk menyelamatkan barang-barang rumah tangga dari genangan air banjir, rumah panggung dari zaman dahulu sudah sering digunakan untuk mencegah berbagai bencana seperti serangan dari hewan buas.

Budaya menjaga kebersihan
Sosialisasi untuk menjaga kebersihan serta berbagai kebijakan pemerintah yang memberikan sanksi bagi warga yang membuang sampah sembarangan khusnya disungai merupakan upaya untuk menjaga kebersihan sungai dari sampah yang dapat menyumbat atau mengendap sehingga memperlambat jalanya air, air yang tidak tertampung tentu dapat meluber menciptakan bencana banjir.

Untuk mengatasi banjir di jakarta atau kota-kota lainya tentu masih terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan sehingga mendapatkan hasil yang terbaik, bagi yang hendak menambahkan silahkan dilanjut dibawah :-)

Sunday, February 8, 2015

DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN

          DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN



          DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN adalah danau yang terletak di dekat SMP NEGERI 6 MERANGIN yang jaraknya kurang lebih 200 meter dari Sekolah itu.
DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN juga sering untuk pemancingan masyarakat di sekitar situ.




Gambar di atas adalah gambar DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN           

   DANAU  SMP NEGERI 6 MERANGIN juga sering di gunakan untuk pelaksanaan siswa  Heking Pramuka.
DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN juga salah satu DANAU yang ada di sekitar SEKOLAH SMP NEGERI 6 MERANGIN.
 DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN juga masih terjaga kelestarianya,di saat liburan pula banyak masyarakat untuk memancing.
DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN sangatlah bersih,dan indah.
DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN tidak hanya bersih dan indah, tapi sangatlah nyaman bagi pengunjung yang datang.
DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN juga sering menjadi sarana pencari lauk pauk yaitu ikan,tidak hanya ikan mungkin daun ubi,bayam.
DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN harus di jaga dengan baik,karena DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN juga bisa mendatangkan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya.

Mungkin hanya itu yang bisa saya poskan tentang DANAU SMP NEGERI 6 MERANGIN