Monday, November 10, 2014

Menguak Misteri Antara Kerajaan Saba' - Nabi Sulaiman - Kota Wonosobo Selama ini diyakini bahwa negeri Saba berada di Yaman. Namun berdasarkan kajian Indonesia Negeri Saba dan Borobudur peninggalan Sulaiman As, bahwa Negeri Saba itu ada di Indonesia. Ustadz Fahmi Basya, pimpinan Sains Spiritual Qur’an Dzikrul Lil Alamiin membenarkan adanya jejak Nabi Sulaiman di tanah Jawa yang berjarak waktu 30an abad lebih dan sekitar misteri Candi Borobudur sebagai ‘Arsy Ratu Saba’ yang dipindahkan jin dalam semalam seperti diinpirasi oleh ayat Al Quran terutama surah An Naml. Setelah kita melakukan penelitian terbukti Negeri Saba itu adalah Indonesia dengan pusat pemerintahan di Jawa. dan Arsy Saba yang dipindahkan atas perintah Nabi Sulaiman As. adalah Borobudur yang dipindahkan dari Ratu Boko, selama ini orang mengira di Yaman,” ujar lulusan Matematika MIPA UI tahun 1983 ini pada acara Training Tematik GampangUmrah – THE MIRACLE of KABAH di Jakarta, Sabtu lalu. Secara metodologis, lontaran teori Stumbu didasarkan pada fakta-fakta ayat Al Quran yang difahami secara yang kita fahami secara simbolik berisi simbol-simbol matematis atas budaya penciptaan alam seisinya. Melalui relief-relief yang ada, memang terdapat beberapa simbol, yang mengesankan dan identik dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana keterangan Alquran. Fahmi menyimpulkan, pertama bahwa penjelasan QS 27:22 tentang negeri Saba tidak ditemukan di Yaman, sedangkan bukti tersebut ditemukan di Pulau Jawa (Wana Saba). Sedangkan kedua, arti kata Saba (Sabun) tidak ditemukan nama Sabun di Yaman, sedangkan arti lain kata Saba (hutan) juga tidak ditemukan disana. QS 27:24 untuk Saba pada tempat mereka ada ayat, dua hutan sebelah kanan dan kiri. Dalam kamus bahasa Jawi Kuno, yang disusun oleh Dr Maharsi, kata ‘Wana’ bermakna hutan. Jadi, “Wana saba atau Wonosobo adalah hutan Saba,” terang Fahmi. Ketiga, lanjutnya, kandungan ayat QS 27:24 “…dan aku dapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari dari selain Allah”. “Di dalam sejarah tak ditemukan sebuah tempat di Yaman yang masyarakatnya bersujud kepada matahari, sedangkan di Pulau Jawa berlokasi di Komplek Ratu Boko dengan beberapa bukti pendukung,” tutur dosen Matematika UIJ ini. Bukti keempat, sepeti pada ayat 27:40 adanya bangunan (arsy) yang dipindahkan ke suatu lembah berjarak terbang burung dalam waktu singkat. Tentang siapa yang memindahkan dan bagaimana dipindahkan, tafsir ayat tersebut mengisahkan yang memindah singgasana Ratu Saba adalah JINN IFRID selesai sebelum Nabi Sulaiman mengerlingkan mata. “Terdapat peran Jin dalam realisasi ruang waktu disini, bahwa makhluk ini memiliki syarat ilmiah memindahkan arsy Saba tersebut ke Lembah Semut. Berdasarkan hukum kecepatan cahaya, makhluk Jin mampu dengan mudah dan super cepat memindahkan suatu bangunan. Kita tahu, peristiwa seperti ini bukan tidak pernah ada, bahkan terjadi pula di belahan bumi lain,” pungkasnya. Fakta kelima, lanjutnya. Lokasi kabar dalam QS 6:67 ada ditemukan sisa-sisa dan tandanya di Komplek Ratu Boko yang berjarak 36 Km dari Bukit Stumbu. Letak Bukit Stumbu di desa Karangrejo, sekitar 2,5 Km sebelah barat daya Candi Borobudur, Magelang. Di lembah Stumbu inilah arsy Saba tersebut dipindahkan sebagai kisah rakyat Candi Boko dan Borobudur. Dalam QS 34:13 “Mereka kerjakan yang ia kehendaki dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring seperti kolah dan kuali-kuali yang tetap.” Keenam, ayat tentang Saba QS 34:16 ’dan sesuatu yang disebut Sidrin Qolil ’ masih ditemukan bukti sedikit itu pada Gerbang Ratu Boko dan Serpihan Stupa Candi Borobudur. Bangunan yang tinggal sedikit (Sidrin qalil). Bangunan yang tinggal sedikit itu adalah wilayah Candi Ratu Boko. Dan di sana terdapat sejumlah stupa yang tinggal sedikit. “Ini membuktikan bahwa Istana Ratu Boko adalah istana Ratu Saba yang dipindahkan atas perintah Sulaiman,” tegas Fahmi. Ayat ketujuh 34:16 “…dengan dua kebun yang mempunyai rasa buah pahit” bisa ditemukan Pulau Jawa. “Makna buah Maja yang Pahit seperti ini lagi-lagi tidak ditemukan di Negeri Yaman, bagi teori yang menyebut lokasi sejarah Saba,” kata Fahmi. Kedelapan, peristiwa besar yang disebut dalam QS 34:16 tentang adanya Banjir yang merubah peta dataran Asia dengan adanya Palung Sunda. “Maka kami menjadikan mereka buah mulut dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. “ Bukti kesembilan ini terdapat pada QS 34:19. Fahmi menerangkan, peristiwa banjir dahsyat tersaebut menyebabkan wilayah Saba hancur menjadi berpulau-pulau, belum pernah dalam sejarah kehancuran suatu negeri hingga menjadi lebih 17.000 pulau seperti Nusantara ini. Kesepuluh, adanya catatan pembatasan pada perjalanan QS 34:18. Jarak perjalanan dimaksud sebatas kekuatan terbang ideal seekor Burung (Hud Hud) sepanjang 36 Km. Angka ini, tambah Fahmi, merupakan bukti kesebelas keberadaan Saba di Jawa Tengah, merupakan jarak antara Komplek Ratu Boko sekarang dengan lokasi Candi Borobudur di Magelang. Keduabelas, adanya surat Nabi Sulaiman (27:28) yang dibawa burung Hud Hud kepada Ratu Balkis, tiada lain dicampakkan kaki-kaki burung tersebut di pelataran istana Boko yang disebutnya sebagai Sidril Qolil, kata ini dua kali ditemui di dalam Al-Qur’an. “Reliefnya juga ada. Bahkan, sejumlah frame relief Borobudur bermotifkan bunga dan burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti gajah, kuda, babi, anjing, monyet, dan lainnya,” terangnya. Ketigabelas, adanya taabut peti wasiat. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tingkat Musa, serta memberikan ketenangan. Pada relief yang terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang. Dari QS 27:29-30 Ratu Balqis mengatakan, “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sungguh (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.’ Menurut Fahmi, surat itu ditulis di atas pelat emas sebagai bentuk kekayaan Nabi Sulaiman. Surat itu ditemukan di sebuah kolam di Candi Ratu Boko. “Inilah beberapa pembuktian secuil kisah Nabi Sulaiman yang sampai kepada pemahaman bahwa Negeri Saba benar-benar terhubung kepada bangunan arsy di Jawa,” kata Fahmi. Negeri Saba berhubungan dengan 3 tradisi agama, Yahudi, Nasrani dan Islam. Kita sulit mengatakan, ia berhubungan dengan sejarah Nusantara. Saba diambil namanya dari salah satu keturunan Nabi Nuh as (Noah), garis Sam. Generasi akhir ada yang bermigrasi ke Mekkah, Medinah, Etiopia dan Syria. Ketiga surah yang mencuplik kisah Sulaiman ( King Solomon), Ratu Balkis dan Saba , juga memiliki kripto bilangan prima 11. Adegan Balkis di Istana Sulaiman. Tentu saja jika kita mendengar Negeri Saba, yang teringat adalah judul film Queen of Sheba, Ratu Saba yang cantik dan cerdas, pemimpin negara “super power’ di era Raja Sulaiman as (King Solomon), yang akhirnya mengikuti agama Sulaiman. Sebagian riwayat menjelaskan – akhirnya - menjadi pasangan Sulaiman as. Itulah Ratu Balkis, atau Balqis, Bilqis, Bilquis dalam tradisi Islam. Tradisi Etiopia menyebutnya Makeda. Bagaimanapun juga, ada tiga negara adi daya pada saat itu yang sangat populer dikawasan jazirah Arab dan Afrika, yaitu Mesir Kuno, Kerajaan Sulaiman di Yerusalem, Israel sekarang (Baitul Maqdis – Palestina) dan Kerajaan Saba di Yaman Selatan, ibu kotanya Ma’rib. Ketiga-tiganya memiliki angkatan perang yang tangguh dan terkenal dengan armada lautnya pada jaman itu. Terdapat sejumlah isu yang dibahas ringkas dalam catatan (note) ini, atas permintaan teman-teman: (1) Berkaitan dengan teori bahwa Saba adalah wilayah sekitar “Wana Saba” dan berhubungan dengan candi Borobudur di Indonesia, (2) Negeri Saba di Kitab Mulia, dan (3) tentu saja kripto yang berhubungan dengan Negeri Saba dan Sulaiman as. Teori Wonosobo Ada yang bertanya, apakah benar kota Wanasaba (Hutan Tempat Berkumpul, dalam bahasa Jawa Kuno berbeda lagi artinya- Hutan Untuk Berpergian) dari kata Saba dan candi Borobudur adalah berhubungan erat dengan penduduk Saba dan tentara jin Sulaiman as - yang membangun cand? Artinya Kaum Saba adalah orang Nusantara (Indonesia Kuno) di wilayah Jawa Tengah, dan bukan di jazirah Arab. Sleman adalah Sulaiman, dan Ratu Baka adalah Ratu Saba. Informasi seperti ini terdapat di flying book dan bertebaran di sejumlah situs di Internet, dibaca para pemuda – yang dengan antusias cenderung mengamininya. "Inilah Kejayaan Nusantara, pikirnya!" Bagaimanapun juga pandangan ini sudah dluruskan oleh arkeolog Indonesia misalnya Bapak Agus alumni dari UI dan sejarawan Indonesia serta sejarawan Jawa lainnya. Karena ini berhubungan dengan Kitab Mulia dan sumber-sumber Islam, maka saya bersedia menjelaskan secara ringkas – apa yang terdapat dalam riwayat dan sumber-sumber Islam, serta tradisi jazirah Arab yang berhubungan dengan sejarah dunia. Ada sejumlah alasan untuk kita mengatakan bahwa Kaum Saba bukanlah penduduk Nusantara disekitar Jawa Tengah, Wonosobo dan Borobudur, misalnya: Time line tidak cocok, era Sulaiman as dan Ratu Saba sekitar 1000 – 950 SM, dan Sulaiman sendiri tahun 975 – 935 SM (967 – 927 SM versi Perpustakaan Yahudi – Shira Schoenberg ), di era Besi (Iron Age), jauh sebelum masa Isa as (Yesus). Sedangkan pembangunan wilayah Jawa Tengah, Wonosobo dan sekitarnya diperkirakan pada tahun 824 M. Candi Borobudur tercatat dibangun tahun 772M dan 778 M. Berbeda sekitar 18 abad. Di abad ke-7, semasa misi Nabi (610 – 632 M) – keturunan kaum Saba juga sangat dikenal, karena mereka ada di Medinah dan sekitar kota Mekkah. Sangat terkenal dikalangan penduduk Medinah karena badannya tinggi besar, dan pandai berkelahi (militer). Sedangkan di Nusantara, Kerajaan yang paling besar adalah Sriwijaya, di akhir abad ke – 7, serta tidak ada catatan bahwa penduduk Nusantara pernah ke Medinah dan Mekkah dikala itu. Kaum Saba juga tercatat dalam sejarah Kekaisaran Romawi, karena di tahun 26-24 SM pernah mengalahkan tentara Gubernur Mesir jajahan Romawi yang dipimpin oleh Aelius Gallus di Magrib, Yaman Selatan. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa kaum Saba berkaitan dengan sejarah kaum ‘Ad (kisah Nabi Hud di Yaman Selatan), kaum Tsamud (Kisah nabi Saleh di Hijir) dan penduduk Hadramaut di Yaman Timur, yang hingga tahun 1960an masih ada. Semuanya adalah keturunan Nabi nuh as (Noah) dari jalur putranya Sam (Shem) atau Semith yang bernama Yoktan dan Sa’ba, yang kemudian keturunannya ada yang tinggal di Yaman, Etiopia dan negeri Syam kawasan Yordania hingga Irak, Iran. Bagaimanapun juga, peradaban Saba adalah peradaban tinggi dan negara kuat, terbaik saat itu (Qs, Saba, 34: 15-16). Dalam prasati Uhr, “Arad-Nannar”, dijelaskan ada hubungan dengan Raja Uhr terakhir, “Sabuum”, 2500 SM – dimana sejarawan memperkirakan kata “Sabuum” menjadi kata “Saba”. Jika asumsi itu benar, maka kaum Saba termasuk kaum yang sudah lama didunia ini, hanya baru dikenal setelah Kisah Sulaiman as dalam berbagai catatan Kitab Suci dan tradisi Yahudi, Nasrani, Islam dan sejarah berbagai negara sekitar hijaz Arab. Tentu yang menarik - atau barangkali juga – tercatat dalam legenda agama lain, dengan nama yang berbeda dan cuplikan lain. Sebab dalam kisah Mahabrata (kisah Hindu), ketika Pandawa menunjukkan istana baru, Indrapasta – seorang Putri dari Astina mengangkat kainnya keatas sehingga tampak betis dan pahanya. Karena lantainya mengkilat licin, dipikirnya, kolam air. Serupa kisah dalam al Qur’an, ‘Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca’ (Semut, 27: 44) atau cerita-cerita Yahudi. Prasasti Saba yang ditemukan di Arab Selatan, menyebutkan bahwa Ibu Kota Saba adalah kota Ma’rib (Islam Ansiklopedi, Islam Alemi, Tarihi). Saba atau Sa’ba dalam bahasa Yahudi adalah Sheba, dikenal luas juga dalam catatan berbagai negara, misal Syria, Romawi, Yunani, Etiopia, Iran dan Yaman. Misalnya di Etiopia nama Ratu Saba adalah Makeda, dan putra Sulaiman as dari Balkis adalah Menelik I, pendiri imperium Etiopia. Atas dasar ini, sulit kita mengatakan bahwa kaum Saba adalah penduduk Nusantara sekitar Wonosobo dan Borobudur. Namun demikian, menarik untuk dijelaskan oleh para ahli – mengapa banyak kemiripan sejumlah lokasi dengan kisah kaum Saba. Apakah memang benar, kisah Sulaiman as dengan Saba (dalam Bible dan Al Qur’an) juga dikenal dikalangan agama lainnya, dalam bentuk legenda - dalam hal ini Budha? Sebagaimana kemiripan sebagian kisah Mahabrata, cerita Hindu. Cuplikan Kisah Saba Dalam Kitab Mulia. Barangkali pembaca awam banyak yang tidak mengetahui, bahwa dua Kerajaan Besar Adi Kuasa pada jamannya, di rekam dalam judul Surah Kitab Mulia. Pertama adalah Bangsa Romawi Timur, yang disebut oleh sejarawan sebagai Bizantium, dicatat dalam judul surah Ar Ruum (Bangsa Romawi) nomor 30. Kisah Kaisar Heraclius (Herkules) yang akhirnya memenangkan perang melawan Bangsa Persia, semasa Nabi - dan kedua adalah Bangsa Saba dalam judul surah Saba urutan nomor 34. Sedangkan cuplikan kisah Sulaiman as dengan Ratu Saba dicatat dalam surah tersendiri, surah Semut atau An Naml, urutan nomor 27, juga di surah Shaad nomor 38. Sedangkan kisah Daud (David) dengan anaknya , Sulaiman as, juga tercatat di surah nomor 21, Al Anbiya atau Kisah Nabi - Nabi. Ringkasnya, Kitab Mulia mencatat cuplikan kisah Sulaiman as dengan Ratu Balkis, kisah Sulaiman sendiri dengan pembangunan istana dan para pembantunya, serta musnahnya Negeri Saba. Kitab Mulia mencatat sebagian kisah Sulaiman as dan Ratu Balkist periode 1000 – 950 SM dan Kaum Saba dengan bendungan Ma’rib yang banjir pada abad ke-6 M (Saba, 34: 15-17). Tepatnya sejarah sekitar tahun 542 M, dengan kata “Arim” dalam bahasa Arab yang artinya”rintangan atau bendungan air”. Ini yang tidak diketahui oleh kebanyakan pembaca, kisah Saba pada judul surah Saba sengat dekat dengan lahirnya Nabi Muhammad , sekitar tahun 542 M. Nabi lahir diperkirakan tahun 570/571 M. Kisah yang berbeda dengan Kisah Sulaiman dan Ratu Balkis (Balqis, Bilqis, Bilquis) – kisah keturunan Saba yang akhirnya migrasi ke Mekkah dan Medinah, sebagian lagi pergi ke Syria, karena banjir ditempat tinggalnya. Mari kita mulai dengan cuplikan penting kisah Sulaiman as dengan Ratu Balkis, kisah yang sangat menarik – adu kecerdasan antara Raja dengan Ratu yang sama – sama memiliki negara besar. Juga terselip kisah persaingan antara para pembantu dekat Sulaiman, bangsa burung, manusia dan Jin. Tentu saja – yang utama adalah pada akhirnya Ratu Balkis ikut agama Sulaiman as – mengabdi kepada Tuhan Semesta Alam. Kisah dimulai ketika burung Hud-Hud (versi Yahudi namanya Hoopoe, sejenis burung Pelatuk – Wood Pecker) menghilang disaat barisan tentara Sulaiman as dikumpulkan dalam barisan – disekitar wilayah Arab Selatan di Lembah Semut (Semut, 27: 20) , yang kemudian diketahui pergi ke negeri wilayah Saba (Semut, 27: 22). Mendapati suatu Kerajaan Besar, Ratu cantik tetapi masih menyembah Matahari (Semut, 27: 22-27). Dalam kompetisi antara para pembantu Sulaiaman, burung Hud-Hud mendapatkan kredit karena berhasil membawa informasi unik dan harus diuji akurasinya. Singkat kata, Hud-Hud diperintahkan Sulaiman untuk membawa surat dan diserahkan kepada Queen Of Sheba, Balkis meminta agar masuk kedalam agama Sulaiman dan tidak berlaku sombong (Semut, 27: 30-31) . Balkis mengumpulkan para mentrinya, berunding (Semut, 27:32-34) – akhirnya memilih jalan damai mengutus para dutanya untuk memberi hadiah kepada Sulaiman (Semut, 27:35), dalam berbagai sumber tradisi Arab, diantaranya: rempah-rempah, emas dengan jumlah yang luar biasa, dan batu permata tetapi ditolak oleh Raja Sulaiman (Semut, 27:36). Bahkan Sulaiman mengancam akan mengirim tentaranya, menghancurkan negeri Saba, jika Ratu Balkis tidak datang ke Istana Sulaiman (Semut, 27:37). Bagaimanapun juga, Ratu Balkis memang berniat untuk berkunjung ke Yerusalem, melihat langsung Ilustrasi perjalanan Ratu Balkis ke Yerusalem (Ursyalim) Sulaiman dan Ilustrasi perjalanan Ratu Balkis ke Yerusalem (Ursyalim) Karena berita tentang Sulaiman yang bijak, seorang Nabi, Hakim yang adil, dan Kerajaannya yang besar terdengar sampai kewilayah Selatan. Balkis, dalam rombongan yang sangat besar berangkat, melalui jalan darat, menyusuri pantai Laut Merah. Demi perdamaian dan kepentingan rakyat Saba, serta keingin tahuannya tentang Sulaiman. Di saat yang sama, Sulaiman mengumpulkan para pembantu terdekatnya, para pembesar. Menanyakan siapa yang mampu membawa singgasana Ratu Balkis, 2400 km dari Yaman ke Yerusalem (dialek Yaman disebut Kerajaan Ursyalim) dalam waktu singkat (Semut, 27:38). Jin yang bernama Ifrit (Ifrit – makhluk Jin cerdik) menawarkan jasanya, sanggup sebelum Sulaiman berdiri dari kursinya (Semut, 27:39). Tetapi manusia, yang memiliki ilmu Kitab Zabur berhasil membuktikan bahwa singgasana Ratu dipindahkan sebelum Sulaiman mengedipkan matanya, kemudian merubahnya sedikit (Semut, 27:40). Dalam perspektif agama dan sains – inilah kisah pertama dimana manusia menggunakan teleport. Dalam catatan Yahudi, singgasana tersebut terdiri dari 6 tingkat, beratnya sekitar 150 ton, dan didepannya ada dua pasang patung Singa dari emas – yang melambangkan kekuasaan pemiliknya. Dalam kompetisi ini jenis manusia menang. (Semut, 34: 29-44). Namun pembaca jangan lupa, yang membangun istana megah Sulaiman as dan perhiasannya, menurut Kitab Mulia adalah bangsa Jin (Saba, 34: 13), sesuai permintaan Sulaiman as. Sehingga dengan demikian, baik burung, manusia dan Jin memiliki kontribusi masing-masing yang unik. Walaupun demikian, bangsa Jin memang jahil, atau barangkali tidak suka akan kepopuleran Ratu Saba – menurut riwayat (cerita dari Arab Selatan) – salah satu Jin mengabarkan bahwa Ratu Balkis memang cantik dan cerdas, hanya saja sayang “betisnya seperti kaki unta” Di Etiopia dan beberapa negara sekitar Teluk, disebutnya Ratu Balkis memiliki satu kaki normal, sebelah lagi kaki kambing berbulu lebat. Oleh karena itu. Sulaiman tertarik hatinya – untuk membuktikan kabar tersebut – memerintahkan disain lantai yang sangat licin dari kaca, dibawahnya ada aliran sungai kecil yang sangat indah - untuk melihat “betis Ratu Balkis.” Kita tahu, akhirnya ketika Balkis masuk istana : Dikatakanlah kepada Ratu Balkis, “Masuklah kedalam Istana”. Maka tatkala dia melihat melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman as:” Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca” (Semut, 27:44). Tentu saja Ratu cantik ini memiliki kaki normal, sebagaimana manusia biasa, sebab jika kakinya abnormal – akan diberitakan lebih lanjut oleh al Qur’an. Sebelum peristiwa tersebut, dari berbagai riwayat, Sulaiman berhasil menarik kesimpulan, bahwa Ratu Balkis adalah orang yang cermat dan bijaksana. Ketika ditunjukkan singgasananya, yang telah dimodifikasi. Ratu berkomentar:” Mungkin ini singgasana aku, namun aku tidak dapat memastikannya, karena ada perbedaan”. (Semut, 27:41-42). Setelah tahu bahwa memang itu singgasananya, Ratu Balkis dan rombongan ikut berserah diri kepada Tuhan Seluruh Alam, masuk agamanya Sulaiman as (Semut, 27:42). Bagaimanapun juga, Balkis sudah banyak mengetahui tentang kenabian Sulaiman as. Dalam riwayat lain, ada proses sebelumnya - Ratu Balkist tidak menyerah begitu saja, ia juga membawa sejumlah pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab oleh Sulaiman pribadi. Salah satunya adalah," ada 3 bunga didalam vas – hanya satu yang asli. Mana yang asli? "Sulaiman berhasil menjawab karena pertolongan seekor Lebah, yang mengelilingi bunga asli. Kitab Mulia tidak menjelaskan Ratu cantik ini menjadi pasangan Sulaiman as, secara tegas, bahasanya samar – hanya isyarat saja (Semut, 27:44). Namun dari berbagai riwayat, baik dari Yaman, Syria maupun Etiopia – Ratu Balkis menjadi istri Sulaiman. Dalam riwayat lain, istri Sulaiman as bukan saja Ratu Balkis dari Saba saja tetapi juga ada Putri Mesir Kuno dan Putri dari Syria, tanda persekutuan Kerajaan-Kerajaan Besar, pada masa itu. Bahkan dalam catatan sejarah Etiopia, tertulis putra Sulaiman dengan Ratu Balkis, pernah tinggal di kerajaan Habesinia, Etiopia – mendirikan Imperium Etiopia, itulah Menelik Pertama. Melihat uraian diatas, negeri Saba tidak ada hubungannya dengan Wanasaba, Sleman, Ratu Boko dan Borobudur. Musnahnya Negeri Saba. Musnahnya kaum Saba, negeri Adi Kuasa diceritakan oleh Kitab Mulia dalam surah Saba, mulai ayat 15 hingga 17. Ulama Besar Pakistan abad ke -20, Syeih Maududi dalam komentarnya menjelaskan: Ungkapan Sail Al Arim dalam al Qur’an diturunkan dari kata “arimen” yang digunakan dalam dialek Arab Selatan yang berarti “bendungan, rintangan”. Dalam arkeologi yang terungkap di Yaman, kata al Arim memang digunakan untuk kata bendungan air. Misalnya dalam prasati yang dipesan oleh Ebrehe (Abrahah – Gubernur Yaman, afiliasi negara Abesinia, sekarang Etiopia), setelah perbaikan dinding bendungan Ma’rib yang besar tahun 542 dan 543 M. Jadi ungkapan “sail al Arim” adalah bencana banjir yang mengakibatkan runtuhnya bendungan”. Setelah bencana banjir besar, daerah tersebut menjadi daerah padang pasir (Kitab Mulia memberi isyarat adanya kekeringan yang lama) – oleh karena itu – keturunan kaum Saba mengungsi ke Mekkah, Medinah dan Syria, sebelum Nabi lahir. Bencana banjir yang memusnahkan kaum Saba, dan ini tidak tercatat di Injil karena terjadinya jauh setelah masa Isa as – di abad ke 6 M. Ibu kota Saba , menururt prasasti Saba, adalah Ma’rib – disana ada The Temple Of Bilqis” – kota yang makmur karena lokasinya strategis, dekat dengan sungai Adhanah, yang kemudian dibangun bendungan disana untuk pengairan disekitarnya. Tercatat juga di sejarah Yunani, oleh penulis bernama Plyni. Bendungan setinggi 16 m dan lebar 40 m panjangnya 620 m untuk mengairi dua dataran, dataran Selatan dan dataran Barat – yang menurut ungkapan Kitab Mulia disebut “dua kebun dikiri dan di kanan”. Menurut dokumen-dokumen yang berdialek Himmer (Himyar) – daerah tersebut adalah daerah yang sangat produktif. Namun tahun 542 M, bendungan tersebut runtuh, yang mengakibatkan “banjir besar Arim”, menimbulkan kerusakan yang dahsyat. Kebun-kebun anggur, kebun-kebun tanaman lainnya, lahan pertanian seluruhnya terendam – hancur. Tambahan, adanya "kekeringan yang luar biasa", mengubah tumbuh-tumbuhan yang subur menjadi pohon yang tidak berguna. Musnahlah peradaban negeri Saba. ”Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr….” (Saba, 34:15-17) Pohon Atsl adalah pohon Tamaris, sejenis pohon berduri halus, biasa tumbuh didaerah gurun yang kekurangan air, sedangkan pohon Sidr, pohon yang sangat kuno disebut juga “mustard tree” atau dalam bahasa Botani disebut Ziziphus – spina, banyak digunakan untuk herbal shampoo. Beberapa menghasilkan bunga sidr, oleh Lebah diproduksi sebagai madu - disebut “madu sidr” didaerah Hadramaut. Ini juga penting, buah pahit bukanlah Buah Maja (Majapahit) di Jawa Timur, sebagaimana pandangan salah satu dosen UIN Jakarta, lulusan matematika UI - tetapi pohon Tamaris. Musnahnya Negeri Saba tercatat dalam sejarah Abesinia dan Yaman, sebelum masa Abrahah (Gubernur yang membawa tentara Gajah ke Mekkah) – masa jauh sebelum pembangunan candi Borobudur dan Wonosobo. Penjelasan Ibnu Ishak, Ibnu Abbas (sahabat Nabi) maupun Ath Thabarani – serupa dengan Kitab Perjanjian Lama - salah satu keturunan Sam, salah satu putra Nabi Nuh as, bernama Yoktan. Dari Yoktan ada dinasti Yasrub, kemudian Yashjub dan akhirnya dinasti Saba atau Sa’ba. Dinasti Himyar adalah penerus Dinasti Saba. Tradisi Islam, Baik Suku ‘Ad, maupun Tsamud ( di Sabatea dan Hijr) adalah saudara satu keturunan dengan Saba, dan sebagian besar menetap di Yaman. Keturunan Tsamud terakhir adalah Hadramaut, tinggal di Yaman Timur. Keturunan Saba, generasi terakhir ada di Mekkah, Medinah dan Syria. Tentu catatan-catatan seperti ini tidak ada di Sleman, Wanasaba maupun Borobudur – Nusantara – karena memang berbeda. Kripto Yang berhubungan Dengan Saba dan Sulaiman. Pembaca Kitab Mulia yang teliti, tidak akan menemukan kata Saba dalam penjelasan Ratu Balkis di Surah Semut (An Naml). Kata Saba hanya ada di Surah Saba. Namun demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa Ratu Balkis adalah Ratu di wilayah Saba, karena selain sumber Islam, Bible, catatan tradisi Yahudi - juga diperkuat oleh sejarah Yaman dan Etiopia yang dikonfirmasi oleh penulis sejarah Yunani dan Romawi. Bahwa ada negara Saba di Arabia Selatan, misalnya oleh Yopephus. Kitab Mulia dengan caranya sendiri, meneguhkan bahwa Sulaiman – Ratu Balkis – dan wilayah Saba berhubungan erat, yaitu dengan kripto bilangan prima 11. Cuplikan kisah Sulaiman, Ratu Balkis dan Saba ada di 3 surah: Surah An Naml (Semut) urutan nomor 27, surah Saba nomor 34 dan surah Shad nomor 38. Ketiga nomor surah ini membentuk kripto yang unik. Perhatikan: 27 34 38 atau bilangan 2 7 3 4 3 8. Bilangan 273438 adalah bilangan kelipatan 11, atau 11 x 24858 Kombinasi nomor surah diacakpun sama saja, misal 273834. Bilangan tersebut kelipatan 11, atau 11 x 24894 Diacak lagi, menjadi bilangan 383427, sama dengan 11 x 34857 Sekali lagi, nomor surahnya diacak, menjadi 382734. Tetap saja, kelipatan 11, yaitu 11 x 34794. Bahkan kalau bilangan 273438, bacanya dari kananpun, sama saja kelipatan 11. Bilangan tersebut menjadi 834372, atau 11 x 75852 Bagaimana jika nomor surahnya dijumlahkan? Lihat 27+34+38 = 99, dan ini adalah 11 x 9. Semua kombinasi nomor surah, 27, 34, 38, selalu berakhir dengan kelipatan bilangan prima 11. Meneguhkan, bahwa Sulaiman, Ratu Balkis dan wilayah Saba berhubungan erat, sesuai kisah yang ada di berbagai sumber Islam maupun catatan sejarah. Kode Yang Lebih Rumit. Dibawah ini , contoh kode yang lebih rumit. Bagaimanapun juga, kisah Sulaiman as dan Ratu Balkis yang muskil ada di surah nomor 27, Surah Semut. Disebut muskil, karena sulit masuk akal manusia – seperti mendengarkan percakapan semut (Semut, 27:18) atau memindahkan singgasana seberat 150 ton dalam sejkejap mata, jarak 2400 km (Semut, 27: 40). Pola umum, surah yang serupa itu, ditunjukkan dengan kripto yang berlapis, kombinasi dengan simbol abjad- untuk membantu menambah keyakinan bagi para pembaca. Pertama, lihat nomor kombinasi nomor surah 273438, jumlah digitnya 27, yaitu 2+7+3+4+3+8 = 27. Sama dengan nomor surah Semut. Kedua, kode hasil bagi kombinasi surahpun, jumlah digitnya selalu 27. Misalnya, 273438 adalah 11 x 24858. Lihat yang dicetak tebal, 2+4+8+5+8 = 27. Kombinasi acak yang lainpun sama, selalu menunjuk pada angka 27. Misal 273834, atau 11 x 24894. Bilangan yang dicetak tebal jumlah digitnyapun 27, atau 2+4+8+9+4=27. Ketiga, Surah nomor 27, diawali dengan simbol abjad Tha dan Sin. (Semut, 27:1). Pembaca mungkin tidak tahu bahwa, abjad abjad Tha dalam surah tersebut jumlahnya 27, sama dengan nomor surahnya! Sedangkan jumlah abjad Sin pada surah Semut, jumlahnya 93, sama dengan jumlah ayat pada surah Semut! Itulah salah satu fungsi, simbol kombinasi abjad Thaa Siin...:D Dengan demikian angka 27, menujukkan nomor surah yang dilapisi berbagai kode, hingga kode abjad. Tidak terbayang bukan? Inilah pola-pola umum pada Kitab Mulia, bahasa kripto, yang sulit dipahami oleh pembaca umumnya – tapi faktanya ada. Gunanya untuk menambah keyakinan bagi orang-orang yang beriman. Kita kembali kejudul catatan ini – berdasarkan uraian yang ringkas diatas, kita sulit mengatakan bahwa negara Saba ada di wilayah Nusantara : Wonosobo, Borobudur dan Sleman. Daftar Bacaan : Arabia Felix: An Exploration Of The Archaelogical History Of Yemen - (2002) by Prof. De Maigret Queen Of Sheba: Treasure From Ancient Yemen - St John Simpson, The BritishMuseum Press. Tafsir Al Mishbah - Dr Quraish Shihab The Perish Nation - Harun Yahya Seba, Islam Ansiklopedi, Tanhi Tafsir Maududi History Of Islam - Ibnu Ishaq The Bible as History a Confirmation of The Book of Books - Werner Keller New Traveler Guide to Yemen BBC History, Ancient History in Depth , The Queen Of Sheba. The Great Arab Conquests - Hugh Kennedy.
Kendaraan Buraq, Misteri dan Filosofinya Kalau dilihat dalam kamus bahasa, maka kita akan menemukan istilah “buraq” yang diartikan sebagai “Binatang kendaraan Nabi Muhammad Saw”, dia berbentuk kuda bersayap kiri kanan. Dalam pemakaian umum “buraq” itu berarti burung cendrawasih yang oleh kamus diartikan dengan burung dari sorga (Bird of Paradise). Sebenarnya “buraq” itu adalah istilah yang dipakai dalam AlQur’an dengan arti “kilat” termuat pada ayat 2/19, 2/20 dan 13/2 dengan istilah aslinya “Barqu”. Para sarjana telah melakukan penyelidikan dan berkesimpulan bahwa Buraq adalah kilat atau sinar bergerak sejauh 186.000 mil atau 300 Kilometer perdetik. Dengan penyelidikan yang memakai sistem paralax, diketahui pula jarak matahari dari bumi sekitar 93.000.000 mil dan dilintasi oleh sinar dalam waktu 8 menit. Jarak sedemikian besar disebut 1 AU atau satu Astronomical Unit, dipakai sebagai ukuran terkecil dalam menentukan jarak antar benda angkasa. Dan kita sudah membahas bahwa Muntaha itu letaknya diluar sistem galaksi Bimasakti kita, dimana jarak dari satu galaksi menuju kegalaksi lainnya saja sekitar 170.000 tahun cahaya. Sedangkan Muntaha itu sendiri merupakan bumi atau planet yang berada dalam galaksi terjauh dari semua galaksi yang ada diruang angkasa. Semua itu membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw bukanlah melakukan perjalanan mi’rajnya dengan menggunakan binatang ataupun hewan bersayap sebagaimana yang diyakini oleh orang selama ini. Menurut akal pikiran kita sehari-hari yang tetap tinggal dibumi, jarak yang demikian jauhnya tidak mungkin dapat dicapai hanya dalam beberapa saat saja. Untuk menerobos garis tengah jagad raya saja memerlukan waktu 10 milyard tahun cahaya melalui galaksi-galaksi yang oleh Garnow disebut sebagai fosil-fosil jagad raya dan selanjutnya menuju alam yang sulit digambarkan jauhnya oleh akal pikiran dan panca indera manusia dengan segala macam peralatannya, karena belum atau bahkan tidak diketahui oleh para Astronomi, galaksi yang lebih jauh dari 20 bilyun tahun cahaya. Dalam AlQur’an kita jumpai betapa hitungan waktu yang diperlukan oleh para malaikat dan ruh-ruh orang yang meninggal kembali kepada Tuhan : Naik malaikat-malaikat dan ruh-ruh kepadaNya dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (QS. 70:4) Ukuran waktu dalam ayat diatas ada para ahli yang menyebut bahwa angka 50 ribu tahun itu menunjukkan betapa lamanya waktu yang diperlukan penerbangan malaikat dan Ar-Ruh untuk sampai kepada Tuhan. Perbedaan waktu yang disebut dalam ayat diatas dinyatakan dengan angka satu hari malaikat berbanding 50.000 tahun waktu bumi, perbedaan ini tidak ubahnya dengan perbedaan waktu bumi dan waktu elektron, dimana satu detik bumi sama dengan 1.000 juta tahun elektron atau 1 tahun BimaSakti = 225 juta tahun waktu sistem solar. Jadi bila malaikat berangkat jam 18:00 dan kembali pada jam 06.00 pagi waktu malaikat, maka menurut perhitungan waktu dibumi yaitu 1 hari malaikat = 50.000 tahun waktu bumi. Dan untuk jarak radius alam semesta hingga sampai ke Muntaha dan melewati angkasa raya yang disebut sebagai ‘Arsy Ilahi / 'Arsy La'la, 10 Milyard tahun cahaya diperlukan waktu kurang lebih 548 tahun waktu malaikat. Namun malaikat Jibril kenyataannya dalam peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad Saw itu hanya menghabiskan waktu 1/2 hari waktu bumi /maksimum 12 Jam/ atau = 1/100.000 tahun Jibril. Kejadian ini nampaknya begitu aneh dan bahkan tidak mungkin menurut pengetahuan peradaban manusia saat ini, tetapi para ilmuwan mempunyai pandangan lain, suatu contoh apa yang dikemukakan oleh Garnow dalam bukunya Physies Foundations and Frontier antara lain disebutkan bahwa jika pesawat ruang angkasa dapat terbang dengan kecepatan tetap /cahaya/ menuju kepusat sistem galaksi BimaSakti, ia akan kembali setelah menghabiskan waktu 40.000 tahun menurut kalender bumi. Tetapi menurut si pengendara pesawat /pilot/ penerbangan itu hanya menghabiskan waktu 30 tahun saja. Perbedaan tampak begitu besar lebih dari 1.000 kalinya. Contoh lain yang cukup populer, yaitu paradoks anak kembar, ialah seorang pilot kapal ruang angkasa yang mempunyai saudara kembar dibumi, dia berangkat umpamanya pada usia 0 tahun menuju sebuah bintang yang jaraknya dari bumi sejauh 25 tahun cahaya. Setelah 50 tahun kemudian sipilot tadi kembali kebumi ternyata bahwa saudaranya yang tetap dibumi berusia 49 tahun lebih tua, sedangkan sipilot baru berusia 1 tahun saja. Atau penerbangan yang seharusnya menurut ukuran bumi selama 50 tahun cahaya pulang pergi dirasakan oleh pilot hanya dalam waktu selama 1 tahun saja. Dari contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa jarak atau waktu menjadi semakin mengkerut atau menyusut bila dilalui oleh kecepatan tinggi diatas yang menyamai kecepatan cahaya. Kembali pada peristiwa Mi’raj Rasulullah, bahwa jarak yang ditempuh oleh Malaikat Jibril bersama Nabi Muhammad dengan Buraq menurut ukuran dibumi sejauh radius jagad raya ditambah jarak Sidratul Muntaha pulang pergi ditempuh dalam waktu maksimal 1/2 hari waktu bumi (semalam) atau 1/100.000 waktu Jibril atau sama dengan 10-5 tahun cahaya, yaitu kira-kira sama dengan 9,46 X 10 -23 cm/detik dirasakan oleh Jibril bersama Nabi Muhammad (bandingkan dengan radius sebuah elektron dengan 3 X 19-11 cm) atau kira-kira lebih pendek dari panjang gelombang sinar gamma). Nah, Barkah yang disebut dalam Qur’an yang melingkupi diri Nabi Muhammad Saw adalah berupa penjagaan total yang melindungi beliau dari berbagai bahaya yang dapat timbul, baik selama perjalanan dari bumi atau juga selama dalam perjalanan diruang angkasa, termasuk pencukupan udara bagi pernafasan Rasulullah Saw selama itu dan lain sebagainya. Sebagai suatu wahana yang sanggup membungkus dan melindungi jasad Rasulullah sedemikian rupa sehingga sanggup melawan/mengatasi hukum alam dalam hal perjalanan dimensi. Sekaligus didalamnya tersedia cukup udara untuk pernafasan Nabi Muhammad Saw dan penuh dengan monitor-monitor yang memungkinkan Nabi untuk melihat keluar ataupun juga monitor-monitor yang bersifat “Futuristik” , yaitu monitor yang memberikan gambaran kepada Rasulullah mengenai keadaan umatnya sepeninggal beliau nantinya. Anda pasti pernah mendengar sebutan “Paranormal” bukan? Jika anda mempercayai semua itu, maka apalah susahnya bagi anda untuk mempercayai bahwa hal itupun terjadi pada diri Rasulullah Saw, hanya saja bedanya bahwa semua itu merupakan gambaran asli dari Allah SWT yang sudah pasti kebenarannya tanpa bercampur dengan hal-hal yang bathil. Hikmah dalam ayat 2:269 dan ayat-ayat lainnya, diartikan sebagai kebijaksanaan yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambaNya, kebijaksanaan ini berarti sangat luas, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dunia atau akhirat, sebagai perwujudan dari Rahman dan RahimNya. Didalam hadits disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw berangkat ke Muntaha dengan ditemani oleh malaikat Jibril yang didalam Al-Qur’an surah 53:6 dikatakan memiliki akal yang cerdas. Dan dalam perjalanan itu Nabi diberikan kendaraan bernama Buraq yang kecepatannya melebihi kecepatan sinar. Bukankah Muhammad sendiri baru pertama kali itu mengadakan perjalanan ruang angkasa, sementara Jibril telah ratusan atau bahkan jutaan kali melakukannya didalam mengemban wahyu yang diamanatkan oleh Allah ??? Tetapi sejak Adam bersama istrinya dan juga Jin serta Iblis diusir oleh Allah dari Muntaha, maka penjagaan terhadap tempat tersebut diperketat sedemikian rupanya, sehingga tidak memungkinkan siapapun juga kecuali para malaikat untuk dapat memasukinya, seperti yang termuat dalam ayat ke-8,9 dan 10 dari surah 72 : “…Dan sesungguhnya Kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu.” (QS. 72:9) ”…kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.” (QS. 72:8) ”…Tetapi sekarang barang siapa yang mencoba mendengarkan tentu akan menjumpai panah api yang mengintai.” (QS. 72:9) Dalam hal ini bisa diasumsikan bahwa yang disebut dengan lapisan langit pada Muntaha itu adalah berupa planet-planet yang terdekat dengan “bumi-muntaha” , hal ini saya hubungkan dengan pernyataan Qur’an pada surah 72:9 bahwa Jin atau Iblis itu dapat menduduki beberapa tempat. Sidrah berarti “Teratai” yaitu bunga yang berdaun lebar, hidup dipermukaan air kolam atau telaga. Uratnya panjang mencapai tanah dasar air tersebut. Bilamana pasang naik, teratai akan ikut naik, dan bila pasang surut diapun akan turun, sementara uratnya tetap terhujam pada tanah dasar tempatnya bertumbuh. Turun naik teratai dipermukaan air berarti orbit planet mengelilingi matahari berbentuk oval, bujur telur, dimana ada titik Perihelion yaitu titik terdekat pada matahari yang dikitarinya, begitupula ada titik Aphelion, titik terjauh dari matahari. Sewaktu planet berada di Aphelionnya dia bergerak lambat. Keadaan gerak demikian membantu kestabilan orbit setiap planet yang mulanya hanya didasarkan atas kegiatan magnet yang dimilikinya saja. Allah sendiri tidak berposisi di Muntaha, meskipun Muntaha itu merupakan planet terjauh dan terpinggir dalam bentangan alam semesta sekaligus sebagai dimensi tertinggi, dimana mayoritas malaikat berada disana sembari memuji dan bertasbih kepada Allah, ia hanyalah sebagai suatu tempat ciptaan Allah yang pada hari kiamat kelak akan dileburkan pula dan semua isinya, termasuk para malaikat itu akan mati kecuali siapa yang dikehendakiNya saja (QS. 27:87), hanya Allah sajalah satu-satunya dimensi Tertinggi yang kekal dan abadi (QS. 2:255).
Asal Mula Alam Semesta - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an Sebuah bintang terbentuk dari gumpalan gas dan asap (nebula), yang merupakan peninggalan dari 'asap' yang menjadi asal kejadian alam semesta. Gambar 10. Sebuah bintang terbentuk dari gumpalan gas dan asap (nebula), yang merupakan peninggalan dari 'asap' yang menjadi asal kejadian alam semesta. (The Space Atlas, Heather dan Henbest, hal. 50) Nebula Laguna adalah sebuah gumpalan gas dan asap yang berdiameter sekitar 60 tahun cahaya. Ia dipendarkan oleh radiasi ultraviolet dari bintang panas yang baru saja terbentuk di dalam gumpalan tersebut. Gambar 11. Nebula Laguna adalah sebuah gumpalan gas dan asap yang berdiameter sekitar 60 tahun cahaya. Ia dipendarkan oleh radiasi ultraviolet dari bintang panas yang baru saja terbentuk di dalam gumpalan tersebut. (Horizons, Exploring the Universe, Seeds, gambar 9, dari Association of Universities for Research in Astronomy, Inc.) Ilmu pengetahuan moderen, ilmu astronomi, baik yang berdasarkan pengamatan maupun berupa teori, dengan jelas menunjukkan bahwa pada suatu saat seluruh alam semesta masih berupa 'gumpalan asap' (yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan sebuah prinsip yang tak diragukan lagi menurut standar astronomi moderen. Para ilmuwan sekarang dapat melihat pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan 'gumpalan asap' semacam itu (lihat gambar 10 dan 11) Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari, sebagaimana seluruh alam semesta, dulunya berupa materi 'asap' semacam itu. Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an: ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,... (Al Fushshiilat, 41: 11) Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi dan lain-lain) terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulu merupakan satu kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari 'asap' yang homogen ini. Allah telah berfirman: أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al Anbiya, 21:30) Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata: "Jika menilik tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu, karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal ini dalam beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang yang tidak mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya sendiri, bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."